Akhir-akhir ini banyak kita jumpai kasus tentang
kekerasan seksual pada anak. Bahkan ada kasus yang di mana pelaku dan korban
masih anak di bawah umur. Sungguh miris, bukan? Melihat fenomena di era
globalisasi kini, malahan pikiran picik manusia yang terdepan. Padahal seperti
yang kita ketahui bersama, bahwa anak adalah aset bangsa.
Betapa batin kita terhenyak lagi mendengar kasus
kekerasan seksual pada anak-anak yang dilakukan jaringan online pedofil baru-baru ini. Ternyata, predator seksual juga eksis
di dunia maya, lo, sobat, hmm serem, ya!
Kasus terbaru adalah terungkapnya kelompok paedofil
di grup Facebook untuk bertukar foto dan video porno anak. Usut punya usut, ternyata jaringan paedofil ini
sudah beranggotakan lebih dari 7.000 orang lintas negara. Tentu saja, dengan
kecanggihan IPTEK saat ini, kemudahan akses internet mempermudah pemangsa mendapatkan anak-anak sebagai korbannya.
Tentu kita semua jengkel, bukan? Namun jika hanya
sebatas jengkel dan marah itu tidak akan menyelesaikan sesuatu, sobat. Mulailah
dari hal yang sederhana dulu yaitu dengan melindungi diri kita dan anak-anak di
sekitar kita dari serangan predator anak.
Melindungi Anak
Tidak juga menganggap bahwa semua pedofil pasti
predator, karena faktanya memang demikian. Selain harus lebih awas, orang tua
juga disarankan untuk:
1.
Pengertian
Mulai anak berusia sekitar dua tahun
beri anak-anak pengertian mengenai tidak boleh ada orang lain menyentuh mereka,
terutama di bagian dada, bibir, kelamin dan pantat. Jika anak bertanya mengapa, Anda bisa menjelaskan
bahwa Anda saja sebagai orangtuanya tidak pernah menyentuh mereka sembarangan,
kecuali karena kepentingan seperti memandikan mereka. Tentunya sampaikan dengan
bahasa yang mudah dimengerti oleh anak.
2.
Melapor
Ajarkan anak untuk melapor jika ada
orang lain menyentuh mereka dan membuat mereka tidak nyaman. Jika Anda curiga
anak Anda mungkin telah menjadi korban pelecehan, luangkan waktu khusus untuk
bertanya dan mengajak anak mengobrol untuk mengonfirmasi kecurigaan Anda.
3.
Pengawasan
Jika Anda curiga di lingkungan rumah ada
predator, ajak tetangga untuk bekerjasama mengawasi. Anda boleh bertanya ke tetangga seperti, "Saya,
kok, merasa Si A agak aneh karena terlalu dekat dengan anak-anak dan seringkali
memberi hadiah, padahal tidak ada momen khusus. Menurut pengamatan kamu
bagaimana?" Jika orang yang Anda
curigai ada di sekolah, Anda bisa mengajak orangtua siswa lain untuk sama-sama
mengawasi orang itu dan saling bantu menjaga anak masing-masing.
4.
Privasi
Ajarkan anak tidak membuka baju di depan
orang lain dan jangan mau difoto dalam keadaan telanjang atau tidak berpakaian
lengkap. Orangtua pun jangan membiasakan diri membuka atau mengganti baju anak
di depan publik. Bahkan ketika sedang di pantai atau di kolam renang. Biasakan mengganti atau membuka baju
anak di toilet atau tempat tertutup. Jika tidak ada tempat tertutup, tutupi
tubuh anak dengan kain lebar atau handuk lebar. Orangtua tidak perlu memajang foto atau video anak
di publik, selucu apapun pose anak Anda, terutama jika dia dalam keadaan tidak
berpakaian lengkap. Meski itu misalnya di
pantai atau kolam renang dan anak hanya berbikini atau memakai baju/celana
renang. Di mata kita, mungkin foto itu dianggap lucu. Tapi, di mata predator seksual
yang pedofil? Anda tidak akan bisa
memastikan siapa saja yang membagi ulang foto anak Anda yang imut. Dengan begitu, Anda juga tidak bisa
memastikan bahwa semua orang yang melihat foto itu, tidak berhasrat jahat
terhadap Si Kecil. Selain itu, tidak perlu
berbagi identitas anak di publik atau media sosial. Tidak perlu bercerita di
sosial media, di mana anak Anda sekolah. Juga tidak perlu berbagi lokasi Anda
atau anak Anda sedang ada di mana. Hati-hati
juga menuliskan status yang bisa menjadi tanda bahwa Anda sedang tidak bersama
si kecil. Mungkin saja ada
seseorang yang sudah tertarik pada anak Anda, dan dia sedang mengawasi dan
mencari kesempatan ketika anak Anda tanpa pengawasan yang memadai.
5.
Menolak
Ajarkan anak menolak dengan tegas, lari dan mencari
pertolongan dengan segera jika dia merasakan ada bahaya atau dibuat tidak
nyaman oleh orang lain, sedangkan Anda sedang tidak bersamanya. Misalnya, anak harus lari dan berteriak
jika ada orang lain yang memaksa menyentuh atau membawanya. Ajarkan anak lari ke arah keramaian
sambil terus berteriak minta tolong atau ajari
anak mencari pertolongan kepada ibu-ibu yang membawa anak atau kepada satpam. "Sebelumnya, tentu Anda harus
membekali anak dengan pengetahuan ciri-ciri satpam seperti apa, misalnya seragamnya
bagaimana, warnanya warna apa," jelas Nina. Nina juga berpendapat bahwa biasanya, ibu-ibu yang
membawa anak, lebih peka kepada anak kecil lain yang meminta pertolongannya. Pesankan juga kepada anak agar jangan
mau ikut jika dibawa pergi oleh orang yang tadinya menolongnya. Ini untuk
menghindari "lepas dari mulut singa masuk mulut buaya". Tetapi, ajarkan anak untuk meminta orang
itu segera menelepon Anda. Jangan lupa, bekali anak dengan nomor telepon Anda
yang selalu stand by dan minta anak menghapalkannya.
Jadilah bagian dari pelopor dan pelapor apabila Anda melihat tindak kejahatan
yang menimpa seorang anak, jangan sesekali diam dan mulailah untuk peduli.
Nah, jadi ini adalah artikel pertama dari Duta Anak
Bali 2017 Bidang Perlindungan Khusus. Semoga dapat bermanfaat dan menginspirasi
sobat juga, ya. Nantikan artikel ke-2
kami. Terima kasih J.
Referensi: