Tantangan Hindu Muda saat Nyepi: Puasa dan Puasa Gadget?



Om Swastyastu! Salam Anak Bali!

Sebelumnya, FAD Bali mengucapkan Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1938! Berhubung besok itu Hari Nyepi, kalian sudah tahu belum apa saja yang wajib, boleh, dan tidak boleh dilakukan? Kawan-kawan FAD Bali jangan ngotot ya menuntut orang-orang pendatang dari luar Bali untuk menghormati kebudayaan kita apabila kita sendiri belum bisa menghargai kebudayaan kita sendiri. Kalau begitu, lambat laun perayaan Nyepi akan kehilangan makna aslinya dan tidak diterapkan lagi. Hmmm… mau? Tentunya tidak ya…

Pada saat Hari Nyepi, kita sudah diajarkan sejak SD bahwa kita wajib melaksanakan Catur Brata. Apa saja? Yaps! Apabila diuraikan, bagian-bagian Catur Brata adalah sebagai berikut.

1.    Amati Geni
Singkatnya, amati geni berarti tidak menyalakan api dan segala manifestasinya. Ini bisa jadi merupakan brata yang paling sederhana dan kita sudah mengerti bahkan sebelum SD. Tidak hanya api saja, tetapi segala manifestasinya yang menghasilkan panas dan cahaya, seperti lampu. Kalau gadget boleh gak? Hmmm… kita bahas belakangan ya…
2.    Amati Karya
Tidak bekerja. Mengapa? Hari Nyepi sebagai awal tahun Saka dimaksudkan sebagai hari perenungan atas apa yang telah kita kerjakan selama satu tahun sebelumnya. Jadi, hari Nyepi bukan berarti untuk bermalas-malasan, tetapi menjadi waktu bagi kita untuk mengevaluasi diri.
3.    Amati Lelungaan
Satu lagi brata yang paling sederhana, namun paling sering dilanggar. Yap! Sepatutnya, pada saat hari Nyepi, setiap orang tidak diperkenankan untuk keluar rumah apalagi melaksanakan suatu kegiatan atau permainan, kecuali tentu saja, bapak-bapak pecalang yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban.
4.    Amati Lelanguan
Tidak boleh bersenang-senang. Hhmm… relatif banget tapi tetap harus dilaksanakan ya… Seperti yang dijelaskan sebelumnya, hari Nyepi dimaksudkan untuk merenung, mengevaluasi diri. Jadi, jangan terlena dengan berbagai macam godaan lagi ya… nanti bukannya merenung malah nambah dosa. Nahlo.

Kita sudah membahas hal paling dasar dalam pelaksanaan Nyepi, yaitu Catur Brata. Lalu bagaimana dengan Puasa dan Puasa Gadget? Kita bahas satu per satu ya…
Yang pertama, kita akan membahas tentang Puasa atau yang disebut dengan Upawasa dalam ajaran Hindu. Perhatikan sloka dalam kakawin Arjuna Wiwaha berikut ini

“Hana mara janma tan pamihutang brata-yoga-tapa-samadi angetul aminta wiryya suka ning Widhi sahasaika, binalikaken purih nika lewih tinemuiya lara, sinakitaning rajah tamah inandehaning prihatin.”

Artinya:
Ada orang yang tidak pernah melaksanakan brata-yoga-tapa-samadi, dengan lancang ia memohon kesenangan kepada Widhi (dengan memaksa) maka ditolaklah harapannya itu sehingga akhirnya ia menemui penderitaan dan kesedihan, disakiti oleh sifat-sifat rajah (angkara murka/ambisius) dan tamah (malas dan loba), ditindih oleh rasa sakit hati. Tegasnya, bila ada orang yang tidak pernah menggelar brata-yoga-tapa-samadi lalu memohon sesuatu kepada Hyang Widhi maka permohonannya itu akan ditolak bahkan akan mendatangkan penderitaan baginya. Yang dimaksud dengan brata adalah mengekang hawa nafsu pancaindra, yoga adalah tepekur merenungi kebesaran Hyang Widhi; tapa adalah pengendalian diri; samadi adalah mengosongkan pikiran dan penyerahan diri total sepenuhnya pada kehendak Hyang Widhi.

Jadi berpuasa yang baik senantiasa disertai dengan kegiatan lainnya seperti di atas, tidak dapat berdiri sendiri. Upawasa batal jika melanggar/tidak melaksanakan brata-yoga-tapasamadi. Untuk kesempurnaan berpuasa, disertai juga dengan ber-dana punia, yaitu memberikan bantuan materi kepada kaum miskin.

ilustrasi "Upawasa"
Aturan-aturan berpuasa bermacam-macam, antara lain:

  1. Upawasa yang dilaksanakan dalam jangka panjang lebih dari sehari, di mana pada waktu siang tidak makan/minum apa pun. Yang dinamakan siang adalah sejak hilangnya bintang timur daerah timur sampai timbulnya bintang-bintang di sore hari;
  2. Upawasa jangka panjang antara 3-7 hari dengan hanya memakan nasi putih tiga kepel setiap enam jam dan air klungah nyuh gading;
  3. Upawasa jangka pendek selama 24 jam tidak makan/minum apa pun disertai dengan mona (tidak berbicara), dilaksanakan ketika Siwaratri dan sipeng (Nyepi);
  4. Upawasa total jangka pendek selama 24 jam dilaksanakan oleh para wiku setahun sekali untuk menebus dosa-dosa karena memakan sesuatu yang dilarang tanpa sengaja; puasa itu dinamakan santapana atau kricchara;
  5. Upawasa total jangka pendek selama 24 jam dilaksanakan oleh para wiku setiap bulan untuk meningkatkan kesuciannya, dinamakan candrayana.
(Sumber: http://www.mediahindu.com/ajaran/aturan-upawasa-atau-puasa-dalam-hindu.html)


Nah, sudah jelas kan bagaimana aturan Upawasa pada saat Nyepi? Hmm… 24 jam tentunya tidak sebentar ya… Tapi, apabila dilatih dan disertai dengan niat suci yang tulus ikhlas, astungkara teman-teman dapat melaksanakan brata upawasa ini. Ingat, yang terpenting dalam pelaksanaan Yadnya adalah keikhlasan atau Lascarya. Jadi, teman-teman jangan sampai merasa terpaksa yaa… dan apabila teman-teman ingin melaksanakan upawasa besok, berikut ini adalah mantra untuk mengawali puasa.

Om Trayambakan ya jamahe sugandim pushti wardanam, urwaru kam jwa bandanat, mrityor muksya mamritat,
Om ayu werdi yasa werdi, werdi pradnyan suka sriam, dharma santana werdisyat santute sapta werdayah,
Om yawan meraustitho dewam yawad gangga mahitale candrarko gagane yawat, tawad wa wiyayi bhawet.
Om dirgayuastu tatastu astu,
Om awignamastu tatastu astu,
Om subhamastu tatastu astu,
Om sukham bawantu,
Om sriam bawantu,
Om purnam bawantu,
Om ksama sampurna ya namah,
Om hrang hring sah parama siwa aditya ya namah swaha.

Artinya
“Ya, Hyang Widhi, hamba memuja-Mu, hindarkanlah hamba dari perbuatan dosa
dan bebaskanlah hamba dari marabahaya dan maut karena hanya kepada-Mu-lah hamba pasrahkan kehidupan ini, tiada yang lain.
Semoga Hyang Widhi melimpahkan kebaikan, umur panjang, kepandaian, kesenangan, kebahagiaan, jalan menuju dharma dan perolehan keturunan, semuanya adalah tujuh pertambahan.
Selama Iswara bersemayam di puncak Mahameru (selama Gunung Himalaya tegak berdiri), selama Sungai Gangga mengalir di dunia ini, selama matahari dan bulan berada di angkasa, semoga selama itu hamba sujud kepada-Mu, ya Hyang Widhi.”
 
ilustrasi Dewa Siwa mengalahkan Raksasa Penganggu

Kedua, tentang “Puasa Gadget”. Puasa Gadget adalah istilah untuk tidak menggunakan gadget dalam kurun waktu tertentu. Sebagai Duta Anak Bali bidang Jaringan, admin menyadari bahwa gadget sebagai teknologi masa kini telah membawa dampak yang sangat besar bagi kehidupan manusia, termasuk tumbuh kembang anak-anak, baik positif maupun negatif. Banyak event “Puasa Gadget” diselenggarakan untuk menyadarkan orang-orang bahwa “Kehidupan Gadget” adalah kehidupan semu dan mencoba membuka mata mereka tentang kehidupan social yang nyata. Kemudian, apa hubungannya dengan Nyepi?

Ada dua hal yang mendasari mengapa pada saat Nyepi wajib dilaksanakan “Puasa Gadget”. Pertama adalah Amati Geni dan yang kedua adalah Amati Lelanguan. Gadget, sama halnya dengan Televisi dan Lampu juga mengeluarkan panas dan cahaya. Maka dari itu, dilihat dari sudut pandang Amati Geni, menggunakan gadget adaah satu hal yang tidak diperkenankan dalam pelaksanaan Hari Nyepi.

Kedua, seseorang menggunakan gadget biasanya untuk “menghibur” diri. Seperti yang kita ketahui, itu pun dilarang sesuai dengan Amati Lelanguan atau tidak bersenang-senang. Pun digunakan untuk berkomunikasi, tidak masalah apabila dalam satu hari tersebut kita tidak berkomunikasi dengan orang-orang di luar rumah dan berkonsentrasi pada perenungan diri. Namun, pengecualian tetap ada dalam kondisi-kondisi tertentu, misalnya dalam keadaan darurat.

ilustrasi "Puasa Gadget"
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, yang terpenting adalah Lascarya teman-teman dalam melaksanakan Yadnya, termasuk brata upawasa. Seperti dikutip dalam sloka di bawah ini:

1.  Bhagavad Gita IX.26: Siapapun yang sujud kepada-Ku dengan persembahan setangkai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan, atau seteguk air,akan Aku terima sebagai bakti persembahandari orang yang berhati suci.
2.    Bhagavad Gītā, 4.11: Jalan mana pun yang ditempuh seseorang kepada-Ku,
Aku memberinya anugerah setimpal. Semua orang mencari-Ku
dengan berbagai jalan
3.   Bhagavad Gītā, 7.21: Kepercayaan apapun yang ingin dipeluk seseorang,
Aku perlakukan mereka sama dan Ku-berikan berkah yang setimpal supaya ia lebih mantap
ilustrasi Bhagavad-gita

Nah, itu tadi pembahasan terkait tantangan kita sebagai generasi muda Hindu untuk melaksanakan Upawasa dan “Puasa Gadget”. Admin mohon maaf apabila teman-teman kurang berkenan. Atas kesediaannya membaca artikel ini, admin ucapkan terimakasih.

Selamat Hari Nyepi Saka 1938!
Om Santih Santih Santih Om!

Anak Indonesia… Luar Biasa!



Previous
Next Post »