Diskusi Publik Darurat Kekerasan Anak di Bali, Anak-Anak Merasa Sendiri

Ayunda, siswi SMA Negeri 4 Denpasar, saat berpendapat dalam diskusi publik (19/12)

Sebuah diskusi publik yang mengambil topik “Darurat Kekerasan Anak di Bali : Harus Bagaimana?” diselenggarakan pada Sabtu, 19 Desember 2015 lalu oleh Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Bali dan Forum Anak Daerah (FAD) Bali. Diskusi tersebut dihadiri oleh perwakilan OSIS SMA di Kota Denpasar dan anak-anak FAD Bali dari masing-masing kabupaten.

Pada diskusi yang dihadiri pula oleh pejabat-pejabat dari Dinkes, Disnakertrans, dan BP3A Provinsi Bali tersebut, terungkap berbagai “curhatan” oleh anak-anak. Salah satunya diungkapkan oleh Ayunda, perwakilan OSIS SMA Negeri 4 Denpasar. Menurutnya, orang tua memiliki peran yang sangat penting untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak dimanapun. Namun, hal yang terjadi adalah orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaanny dan tidak sempat mengurusi anak-anak.

Pendapat Ayunda juga diperkuat oleh Gangga, anggota FAD Bali asal Gianyar. Menurut Gangga, yang juga merupakan Duta Anak Indonesia tahun 2015 bidang Kesehatan ini, peran orang tua sangatlah penting disamping juga peran teman-teman sebaya. Gangga juga menuturkan bahwa pernah ada kesalahpahaman antara orang tua dan anak yang mengakibatkan si anak melakukan percobaan bunuh diri. Namun setelah dikomunikasikan, hubungan antara anak dan orang tuanya tersebut dapat membaik. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi intra keluarga sangat penting.

Pendapat Ayunda dan Gangga ini ditanggapi oleh salah satu panelis, Kak Slamet dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Kak Slamet sependapat bahwa anak-anak sering merasa “lonely” di rumahnya sendiri. Beliau menyarankan adanya komunikasi yang aktif antara orang tua dan anak sehingga anak-anak merasa diperhatikan. Beliau juga mengungkapkan bahwa guru di sekolah pun tidak mampu memperhatikan anak didiknya karena jumlah yang terlalu banyak.

Kak Slamet menambahkan bagi anak-anak memiliki waktu luang, agar tidak terjerumus ke hal-hal negatif, dapat mengadakan atau mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi-instansi terkait. Dinas Kesehatan sendiri juga telah memiliki program PIK-R (Pusat Informasi Kesehatan Remaja) di sekolah-sekolah dan konselor sebaya yang bisa diajak ‘curhat’. Selain itu, Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) juga telah mulai disediakan di Puskesmas-Puskesmas.

[oleh Administrator]

©2015 
Previous
Next Post »